Makna Burung Cenderawasih dan Aksi Rusuh di Boven Digoel

Redaksi
22 Okt 2025 20:50
Daerah 0 3
1 menit membaca

Papua – Aksi demonstrasi damai di Kabupaten Boven Digoel pada Rabu, 22 Oktober 2025, berubah ricuh. Massa yang awalnya menuntut keadilan atas pembakaran atribut burung cenderawasih simbol kebanggaan orang asli Papua (OAP), justru terlibat dalam pengerusakan fasilitas umum, penjarahan kios, dan penganiayaan terhadap aparat keamanan.

Ironi pun muncul. Burung cenderawasih selama ini dikenal sebagai *“burung surga,”* lambang keindahan, kedamaian, dan harmoni antara manusia dan alam. Suaranya lembut, geraknya Anggun, sebuah metafora bagi kehidupan yang tenteram di tanah Papua. Namun, makna surgawi itu seakan pudar ketika dijadikan simbol dalam aksi yang berujung kekerasan.

Pertanyaannya: di mana relevansi antara simbol burung cenderawasih dan tindakan brutal di jalanan? Apakah nilai luhur yang diwariskan leluhur Papua kini hanya tinggal slogan tanpa makna yang dihayati?

Di antara asap yang mengepul dari kios yang dijarah dan teriakan massa yang memecah udara, tersisa tanya besar: bagaimana mungkin simbol kedamaian dipakai dalam tindakan yang justru melukai kedamaian itu sendiri?

Burung cenderawasih tak pernah berteriak marah. ia menari lembut di cahaya pagi, mengajarkan ketenangan. Namun di Boven Digoel hari ini, nama dan maknanya dibenturkan dengan kenyataan pahit: manusia bisa kehilangan arah ketika simbol luhur dijadikan tameng amarah.(rd)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *