Asal-Usul Bendera Bintang Kejora Berawal dari Klub Sepak Bola Jayapura, Ulah Kolonial Belanda Terungkap

Redaksi
18 Okt 2025 20:21
Daerah 0 3
2 menit membaca

Papua – Fakta baru mengenai asal-usul Bendera Bintang Kejora kembali mencuat ke publik. Simbol yang selama ini dikaitkan dengan gerakan separatis di Papua ternyata memiliki kisah sejarah yang jauh berbeda dari yang selama ini diyakini banyak orang.

Menurut kesaksian Herman Yoku, tokoh masyarakat yang pernah terlibat dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau yang dikenal dengan Organisasi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), sebelum kembali setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bendera Bintang Kejora sejatinya berasal dari bendera sebuah klub sepak bola di wilayah Nafri, Kota Jayapura.

“Bendera itu dulunya punya gambar bola di tengah. Tapi saat masa kolonial, Belanda mencopot gambar bola itu dan menggantinya dengan lambang bintang,” ungkap Herman kutipan artikel (31/8/2024).

Herman menjelaskan, perubahan desain tersebut dilakukan oleh pihak kolonial Belanda pada masa kekuasaan mereka di Papua. Tujuannya, untuk menciptakan simbol baru yang bisa dijadikan alat pengaruh terhadap masyarakat lokal.

Dalam versi ini, Belanda memanfaatkan bendera klub sepak bola lokal untuk menyelipkan pesan politik terselubung dengan mengganti unsur olahraga menjadi simbol bintang, yang kemudian dijadikan panji politik pada masa transisi kolonial.

Laporan serupa juga muncul dalam artikel lama Tribun Aceh (23/2/2020), yang menyebutkan bahwa Bintang Kejora merupakan bekas panji klub sepak bola yang dibawa Belanda ke tanah Papua. Dalam tulisan itu, beberapa saksi sejarah menyebut warna dan corak bendera tersebut sangat mirip dengan atribut olahraga era kolonial di wilayah Hollandia (kini Jayapura).

“Bendera itu bukan simbol asli perjuangan Papua. Itu buatan Belanda, dan awalnya hanyalah bendera klub sepak bola,” ujar sumber dalam laporan tersebut.

Menanggapi kontroversi ini, Herman Yoku berharap masyarakat Papua tidak mudah terprovokasi oleh simbol atau narasi lama yang belum tentu benar. Ia menilai penting bagi generasi muda Papua untuk memahami sejarah secara utuh, agar tidak dimanfaatkan oleh pihak luar yang ingin memecah belah.

“Kita harus jujur terhadap sejarah. Jangan sampai simbol yang dibuat oleh penjajah justru kita banggakan sebagai milik kita,” tegasnya.

Kisah Bendera Bintang Kejora ternyata tak sesederhana yang terlihat. Dari manipulasi Belanda hingga transformasi dari simbol olahraga menjadi panji politik, semuanya menunjukkan bagaimana sejarah bisa berbelok arah ketika diwarnai kepentingan kekuasaan.

Dan bagi generasi Papua hari ini mungkin ini saatnya menengok masa lalu dengan pikiran jernih, bukan sekadar semangat panas. Karena kadang, yang tampak sebagai “lambang perjuangan”, justru bisa saja lahir dari lapangan bola.(rd)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *